3.02.2011

Asal Usul Yahudi Diragukan!

maret 3th, 2011

jews_200_200.jpg(SuaraMedia) Bani Israil disebut di dalam kitab suci Al-Quran sebanyak 42 kali. Nabi Musa disebut sebanyak 129 kali dan Isa Al-Masih disebut sebanyak 23 kali. Sedang nama Islam disebut dalam Al-Quran sebanyak 6 kali dan nama Nabi Muhammad saw disebut 4 kali. Hal ini menunjukan bertapa besar toleransi Islam terhadap agama-agama lainnya.
Syeikh Sya’rawi (almarhum) adalah alim ulama besar, pakar dan rujukan utama di Timur Tengah dalam membahas ilmu tafsir. Beliau dikenal tangkas dan memiliki ciri khas yang mengagumkan dalam mengupas tema-tema yang bersangkutan dengan ilmu tafsir Al-Quran pada ceramah-ceramah beliau yang selalu disajikan di setiap tv-tv Arab. Saya masih ingat beliau pernah mengupas di salah satu ceramanya tentang kebiadaban, kekejaman dan kedholiman Yahudi yang dirasakan dan dipaksakan diterima oleh rakyat Palestina.
Kedua tentang kembalinya warga Yahudi dari seluruh dunia dan diberikan hak prioritas pada siapa pun dan di mana pun warga Yahudi yang ingin kembali ke Israel walaupun warga Yahudi tersebut sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Palestina. Sehingga, mereka berkumpul dan bercampur-baur membentuk suatu kekuasaan diatas kekuasaan. Pula diberikan pada mereka rekomendasi dari Barat terutama dari Amerika dan Inggris dan hak prioritas penuh untuk mendirikan sebuah negara di tanah Palestina khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai-berai di seluruh dunia sesuai dengan yang diangan-angani gerakan zionisme yang didirikan Theodore Herzl pada tahun 1896.
Ini semuanya, menurut Syeikh Sya’rawi merupakan suatu hikmah Ilahi dan hal yang sangat penting demi membuktikan janji Allah bagi hamba-hamba Nya yang soleh dan beriman bahwa mereka kelak akan mendapatkan kemenangan yang gemilang. Menurut beliau, jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
Kita sebagai muslim berkeyakinan sesuai dengan ajaran yang telah diterapkan dalam Al-Quran bahwa di akhir zaman sebelum kedatangan Isa Al-Masih, orang orang Yahudi yang telah terusir, bercerai-berai dan berhijrah ke seluruh pelosok dunia akan berkumpul kembali ketempat asal mereka di Palestina. Inilah yang sekarang kita saksikan bahwa seluruh orang-orang Yahudi berkumpul dan bercampur-baur setelah mereka bercerai berai sesuai dengan firman Allah “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil “diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur” - al Israa’, 104
Keyakinan ini tentu, kalau menurut ajaran kita, bermula dari disaat nabi Musa as dan pengikutnya dari Bani Israel atau yang disebut dalam Al Quran “Ashbath” diusir dan keluar dari Mesir. Dalam bahasa Arab Ahsbath artinya julukan khusus diberikan kepada pengikut-pengikut nabi Musa as yang berasal dari dua belas keturunan nabi Yakub.
Nabi Musa dan pengikutnya (12 kabilah Bani Israil) keluar dari Mesir karena diusir dan dikejar-kejar oleh Firaun. “Kemudian Fir’aun hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia serta orang orang yang bersama-sama dia seluruhnya”- al Isra’ 103. Setelah itu nabi Musa dan pengikutnya menuju kota Sina dan menetap selama empat puluh hari sampai beliau wafat disana.
Kemudian adiknya Harun as melanjutkan perjuangannya sebagai pimpinan Ashbath Bani Israil. Beliau dan rombongan berangkat ke Palestina. Di sana Harun mendirikan dua kerajaan kecil, pertama kerajaan di sebelah selatan Palestina yang terdiri dari dua kabilah Yahudi yaitu kabilah Benyamin dan Yahudha, dan kerajaan yang kedua di sebelah utara terdiri dari sepululuh kabilah Yahudi lainya.
Pada tahun 721 Sebelum Masehi, kerajaan Babilon menyerang bagian utara kerajanan Yahudi dan menguasinya. Mulai saat itu terpecahbelahlah bangsa Yahudi dan berceraiberailah kabilah kabilah Yahudi keseluruh pelosok dunia. Sebagian diantara mereka ada yang dibawa ke Irak dijadikan sebagai tawanan. Yahudi Orthodox sampai sekarang masih beranggapan bahwa kabilah-kabilah yang berasal dari kerajaan bagian utara merupakan sebagai kabilah-kabilah Yahudi yang hilang dan mereka kelak akan muncul dan kembali lagi bercampur-baur.
Ahli sejarah beranggapan bahwa dari sepuluh kabilah yahudi yang bercerai-berai, mereka telah berhijrah keseluruh pelosok dunia, diantaranya ke Asia, Afrika, Rusia, dan negara negara Arab. Ada lagi diantara mereka yang menetap di Afrika sampai sekarang ini yaitu kabilah Flasha di Ethiopia dan kabilah Yambah di Zimbabwe dan Afrika Selatan, dan yang lainnya ada yang berhijrah ke Jazirah Arabia seperti ke Bahrain, Khaibar, Madinah, dan Yemen, juga ada lagi yang berhijrah ke Asia seperti ke Iran, Cina, Jepang,dan Burma, dan sebagian ada yang berhijrah ke Rusia dan Eropa.
Nah, sekarang kita bisa melihat sendiri bahwa semua orang Yahudi yang telah berhijrah, bercerai berai, dan hilang, mereka datang kembali dari seluruh dunia, berkumpul di satu tempat dan membentuk satu negara Israel. Perkumpulan dan kembalinya Ashbat Yahudi ke tanah Palestine merupakan suatu hikmah dan hal yang sangat penting demi untuk membuktikan ketepatan janji Allah bagi hambanya yang soleh dan beriman bahwa mereka akan mendapat kemenangan yang gemilang di masa mendatang Insya Allah. Karena jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
“Dan Apabila datang saat hukuman bagi kejahatan yang kedua (Kami datangkan orang orang lain) untuk menyuramkan muka muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh mu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabi-habisnya apa saja yang mereka kuasai” - Al Isra’ 7
Itu janji Allah dan Allah jika berjanji, tidak akan mengingkari janjiNya.
Adapun janji Rasulallah saw adalah sesuai dengan sabdanya dalam hadist yang diriwayatkan Imam besar Muslim ra dari Abi Hurairah ra sesungguhnya Rasullah saw bersabda “Tidak akan bangkit hari Kiamat kecuali orang Islam memerangi Yahudi dan membunuh mereka sampai sampai mereka bersembunyi di belakang batu dan pohon. Kemudian batu dan pohon tadi berkata: Wahai muslim ini dibelakangku ada seorang Yahudi, bunuhlah dia kecuali pohon Al-gharqad sesungguhnya pohon itu adalah pohon orang yahudi.(hsw)Dikutip oleh SuaraMedia.Com

Orang² Yang Didoakan Oleh Para Malaikat

Maret 3th, 2011 ·

images.jpg
InsyaAllah kita termasuk beberapa diantaranya
inilah orang-orang yang akan didoakan oleh para malaikat Allah swt.
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa, Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang² yang berada di shaf barisan depan shalat berjamaah
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang² yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan shaf kosong)
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf - shaf”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, ” Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang - orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’,mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang² yang berinfak.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah” (Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib watTarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan diwaktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Quote:
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Nabi Muhammad di dalam Kitab-kitab Hindu

Nabi Muhammad di dalam Kitab-kitab Hindu

Maret 3rd, 2011  

Nabi Muhammad di dalam Kitab-kitab Hindu:  Oleh Dr. Z. Haq
Penterjemah: Huda Abdul Rahim
Tidak Pernah Ada Satu Umat Pun Tanpa Pemberi Peringatan
Qur’an 35:24
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Qur’an 16:36
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyeru): “Sembahlah Allah (sahaja) dan jauhilah tuhan-tuhan yang palsu itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan hatinya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Qur’an 4:164
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Ayat-ayat Al-Qur’an di atas memberi kesaksian bahawa Allah (satu-satunya Allah Yang Benar) telah mengutuskan nabi-nabi kepada semua umat manusia. Oleh itu, umat Islam tidak merasa hairan apabila menemui ramalan-ramalan mengenai Nabi terakhir, Muhammad (s.a.w.), di dalam kitab-kitab yang diwahyukan sebelumnya. Tambahan pula, Allah telah mengambil perjanjian dengan Nabi-nabi supaya beriman dan membantu Nabi-nabi Allah yang akan datang seperti yang dibayangkan oleh ayat-ayat yang dipetik di bawah.
Perjanjian Allah Dengan Nabi-nabi
Qur’an 3:81-82
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian daripada para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, nescaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?”. Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Pengenalan Ringkas Kepada Kitab-kitab Hindu
Veda, Upanishad, Purana dan Brahmana Granth adalah empat kitab suci di dalam agama Hindu. Yang terakhir adalah ulasan ke atas Veda, tetapi ia dianggap sebagai kitab yang diwahyukan. Kitab-kitab ini adalah di dalam Bahasa Sanskrit yang merupakan bahasa suci dalam agama Hindu. Veda dibahagikan kepada empat buku: Rig Veda, Yajur Veda, Sam Veda dan Atharva Veda. Di antara keempat-empat buku ini, tiga buku pertama dianggap kitab-kitab purba, dan Rig Veda adalah yang tertua. Rig Veda dikompilasi dalam tempoh tiga zaman yang panjang dan berbeza. Terdapat pendapat-pendapat yang amat berbeza mengenai tarik kompilasi atau pewahyuan keempat-empat Veda ini. Swami Daya Nand, iaitu pengasas Arya Samaj, berpendapat bahawa Veda diwahyukan 1.3 bilion tahun yang lalu manakala sarjana-sarjana Hindu dan para orientalis lain berpendapat bahawa usianya tidak melebihi empat ribu tahun. Analisa ke atas Veda mendedahkan perbezaan di dalam penceritaan mengenai tempat-tempat di mana buku-buku ini diwahyukan dan perbezaan mengenai para Rishi (Nabi-nabi) yang menerima kitab-kitab ini. Walau bagaimanapun, Veda adalah kitab yang paling tulen di antara kitab-kitab Hindu.
Upanishad adalah yang kedua selepas Veda dari segi ketinggian dan ketulenannya. Namun sebahagian Pandit menganggap Upanishad sebagai lebih tinggi daripada Veda, terutamanya disebabkan bukti dalaman yang terdapat di dalam Upanishad. Yang ketiga tulen selepas Upanishad adalah Purana. Purana adalah kitab yang dibaca dengan paling meluas di antara kitab-kitab Hindu kerana ia boleh didapati dengan mudah (Veda sukar diperolehi). Orang yang mengkompilasi Purana adalah Maha Rishi Vyasa, dan beliau menyusun Purana ke dalam lapan belas jilid. Buku-buku ini mengandungi sejarah penciptaan alam semesta, sejarah awal kaum Arya, dan kisah hidup tuhan-tuhan Hindu. Purana telah diwahyukan sama ada pada masa yang sama dengan Veda atau tidak lama sebelum itu. Kesucian Purana diakui oleh semua kitab-kitab tulen agama Hindu.
Untuk suatu jangka masa yang lama, kitab-kitab Hindu berada terutamanya di tangan golongan Pandit dan sekumpulan kecil yang telah mempelajari bahasa Sanskrit (kebanyakan penganut Hindu mengetahui bahasa Hindi dan hanya boleh memahami beberapa perkataan Sanskrit). Sir William Jones yang merupakan seorang hakim dan pengasas Asiatic Society of Bengal mempelajari bahawa Sanskrit pada dekad terakhir abad kelapan belas. Beliau memainkan peranan penting dalam menimbulkan minat ke atas kitab-kitab Sanskrit dan Hindu di Eropah, dan atas usahanyalah kitab-kitab Hindu diterjemahkan ke Bahasa Inggeris.
Pada tahun 1935, Dr. Pran Nath menerbitkan artikel di dalam Times of India yang menunjukkan bahawa Rig Veda mengandungi peristiwa-peristiwa mengenai raja-raja Babilonia dan Mesir dan peperangan-peperangan mereka. Selanjutnya, beliau menunjukkan bahawa se per lima daripada Rig Veda adalah berasal daripada Kitab-kitab Babilonia. Dari sudut pandangan Muslim adalah mungkin bahawa penganut Hindu telah diwahyukan kitab atau kitab-kitab yang mengandungi cerita mengenai perjuangan Nabi-nabi Allah yang telah diutuskan kepada kaum-kaum lain yang terdahulu. Adalah mungkin juga bahawa ulasan-ulasan yang ditulis mengenainya telah digabungkan dan kemudiannya menjadi sebahagian daripada kitab-kitab yang diwahyukan.
Terdapat beberapa contoh seperti ini di dalam kitab-kitab Hindu. Atharva Veda juga dikenali sebagai ‘Brahma Veda’ yang bermaksud Ilmu Suci. Analisa ke atas Veda menunjukkan bahawa ‘Brahma’ sebenarnya adalah Abraham (Ibrahim), di mana huruf A di dalam Abraham telah dipindahkan ke belakang untuk menjadikannya Brahma. Analisa ini tepat apabila seseorang menulis dua perkataan di dalam huruf Arab, di mana Bahasa Arab adalah bahasa yang mirip kepada bahasa yang dituturkan oleh Nabi Ibrahim. Begitu juga, isteri pertama Ibrahim, iaitu Sarah, disebut di dalam Veda sebagai Saraswati, dan Nabi Nuh disebut sebagai Manuh atau Manu. Segolongan Pandit menganggap Athrva Veda sebagai Buku Ibrahim. Nabi Ismail dan Nabi Ishak dinamakan Atahrva dan Angira, masing-masing di dalam Veda.
Jadual 1
Brahma Abraham (Ibrahim)
Saraswati Sarah
Manu, Manuh Nuh
Latar belakang kepada Ramalan-ramalan
Memang diketahui umum bahawa penganut Hindu amat gemar memuja wira-wira, dan adalah munasabah untuk mengandaikan bahawa selepas suatu tempoh masa yang lama, rasa hormat dan pujaan terhadap Nabi-nabi menyebabkan ada golongan yang menganggap mereka sebagai dewa atau Tuhan. Selanjutnya, terdapat juga kemungkinan bahawa Buku Ibrahim dan buku-buku mengenai Nabi-nabi lain mengandungi ramalan-ramalan mengenai Nabi Terakhir, Muhammad (s.a.w.). Ahli-ahli sejarah Muslim di India berpendapat bahawa makam Nabi Sheesh dan Nabi Ayyub (Job) terletak di Ayodhya, di wilayah Uttar Pradesh, India. Menurut Shatpath Brahmana, pada zaman purba, Ayodhya dikenali sebagai Khosla.
Segolongan Pundit kini mulai menolak Purana hanya kerana mereka menemui di dalamnya banyak ramalan-ramalan dan tanda-tanda yang nyata mengenai kebenaran Nabi Muhammad. Suatu hujah telah dikemukakan bahawa Purana yang ada kini tidak sama seperti koleksi yang dirujuk oleh Veda dan bahawa kitab-kitab asal telah hilang. Namun begitu, dakwaan ini tidak benar. Adalah mustahil bahawa semua Purana yang dibaca dengan meluas dan dikaji dengan mendalam boleh hilang dan terhapus terus manakala Veda yang hanya dibaca dan difahami oleh segolongan kecil kekal utuh sehingga hari ini.
Satu lagi hujah untuk menentang ramalan-ramalan ini adalah bahawa ia telah ditambah ke dalam Purana pada suatu masa yang terkemudian. Hujah ini juga tidak berasas. Sebuah buku yang begitu dikenali, yang mempunyai liputan yang meluas, dan dibaca pada masa-masa sembahyang yang ditetapkan tidak mungkin boleh diubahsuai dengan begitu mudah. Tambahan lagi, tidak mungkin semua Pundit dan golongan berilmu Hindu telah bersepakat dan menambah ramalan-ramalan ini ke dalam Purana. Apa yang aneh adalah bahawa pengubahsuaian yang dilakukan memihak kepada Nabi Terakhir dan menentang agama mereka sendiri.
Semua kitab-kitab utama Hindu mengandungi ramalan mengenai Nabi Muhammad. Di samping sifat-sifatnya, peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya, Ibrahim, Kaabah, Bakkah (Mekah) dan Arabia, ramalan-ramalan ini menyebut namanya sebagai Mahamad, Mamah dan Ahmad. Nama Mahamad muncul di dalam Purana, nama Mamah muncul di dalam Kuntap Sukt (di dalam Atharva Veda) dan nama Ahmad muncul di dalam Sama Veda. Terdapat banyak klasifikasi mengenai darjah kepentingan Veda telah dibuat. Contohnya, di dalam Shatpath ada disebut bahawa Sama Veda adalah intipati semua Veda. Di satu tempat di dalam Taittriya Brahmana, disebut bahawa “Alam ini dicipta daripada Brahma, Vaisha dicipta daripada mantra Rig Veda, Kashtriya dicipta daripada Yajur Veda dan Brahman dicipta daripada Sama Veda”.
Ramalan Di Dalam Purana
Orang yang mengkompilasi Purana, iaitu Mahrishi Vyasa, adalah seorang yang amat dihormati di kalangan penganut Hindu sebagai rishi agung dan seorang yang berilmu. Beliau amat takwa dan takut kepada Tuhan. Beliau juga mengarang Gita dan Maha Bharat. Salah satu jilid daripada lapan belas jilid Purana adalah jilid yang bertajuk ‘Bhavishya Puran’, yang bermaksud peristiwa-peristiwa akan datang. Penganut Hindu menganggapnya sebagai Firman Tuhan. Ramalan yang menyebut nama Nabi Muhammad ditemui di dalam Prati Sarg Parv III: 3,3, Ayat 5.
Sebelum terjemahan Bahasa Inggeris dikemukakan, perkataan Malechha muncul di bahagian pertama ayat 5 perlu dijelaskan. Perkataan Malechha bermaksud seorang lelaki yang berasal dari negara asing dan bertutur bahasa asing. Sekarang, perkataan ini digunakan untuk merendahkan orang yang tidak suci atau yang lebih buruk lagi. Penggunaannya berbeza-beza dan bergantung kepada siapa yang menggunakannya dan untuk siapa perkataan itu digunakan. Sir William Jones menghadapi kesukaran besar untuk mendapatkan seorang Pundit yang mahu mengajarkannya Sanskrit kerana beliau dianggap tidak suci (Malechha). Hanya setelah Maharaja Shiv Chandra campur tangan baharulah Pundit Ram Lochna bersetuju untuk mengajarnya Sanskrit.
Tidak diketahui sejak bila perkataan ini digunakan dengan maksud menghina: sama ada sebelum kebangkitan Nabi Muhammad (s.a.w.), atau selepas seorang raja Hindu, iaitu Maharaja Chakrawati Farmas (dari Malabar yang terletak di tenggara India) menganut Islam semasa hayat Nabi, tidak lama selepas ketibaan umat Islam di India pada tahun 711, atau selepas masa itu. Mahrishi Vyasa yang mengkompilasi Purana telah menakrifkan Malechha yang bijaksana sebagai “lelaki yang baik tindak-tanduknya, amat bijak, tinggi kerohaniannya dan meninggikan Tuhan”.
Banyak perkataan-perkataan Sanskrit dipinjam daripada perkataan-perkataan Arab dan Ibrani dengan sedikit pengubahsuaian seperti Brahma, Saraswati dan Manu seperti yang ditunjukkan di dalam Jadual 2 di bawah. Perkataan ini kelihatannya diterbitkan daripada perkataan Ibrani, iaitu Ma-Hekha () yang bermaksud saudaramu (contohnya, Dan dia (Ismail) akan tinggal bersama semua saudaranya. Genesis 16:12; iaitu keturunan Ismail adalah saudara bangsa Israel). Dalam konteks kitab-kitab Biblikal, perkataan ini bermakna keturunan Nabi Ismail (Ishmael), dan memang diketahui bahawa Muhammad (s.a.w.) adalah keturunan Nabi Ismail melalui anaknya yang kedua, iaitu Kedar. Sesiapa yang boleh membaca skrip Arab dapat melihat dengan mudah bahawa terdapat kesilapan dalam memisahkan Ma daripada Hekha yang menghasilkan satu
malechha.gif




perkataan, iaitu ‘Malhekha’, dan apabila diadaptasi kepada bahasa asing seperti Sanskrit, ia mungkin berbunyi seperti Malechha.
Jadual 2
sansarab.gif

Teks Sanskrit dan terjemahan Ayat 5 Bhavishya Puran, Prati Sarg Bahagian III:3,3 diberikan di bawah. (Bahagian berkotak di dalam teks Sanskrit menandakan perkataan Mahamad atau Muhammad).

puranps5.gif

Seorang Malechha (dari negara asing dan bertutur dalam bahasa asing) yang merupakan guru kerohanian akan muncul bersama-sama sahabat-sahabatnya. Namanya adalah Mahamad…
Terjemahan ayat 5 - 27 yang ditunjukkan di Lampiran A (teks Sanskrit Purana, Prati Sarg Bahagian III:3, 3) yang merupakan hasil kerja Dr. Vidyarthi dikemukakan di bawah:
“Seorang Malechha (dari negara asing dan bertutur dalam bahasa asing) yang merupakan guru kerohanian akan muncul bersama-sama sahabat-sahabatnya. Namanya adalah Mahamad. Setelah Raja (Bhoj) memandikan Mahadev Arab (dengan keperibadian seperti malaikat) ini, dia mempersembahkan kepadanya hadiah sebagai tanda ketaatannya yang ikhlas dan tanda penghormatannya dan berkata, ‘Aku patuh kepadamu’. ‘Wahai engkau, kebanggaan manusia, penghuni Arabia. Kau telah mengumpulkan kekuatan yang besar untuk membunuh Syaitan dan kau sendiri telah dilindungi daripada penentang-penentang malechha (penyembah berhala). Wahai engkau, yang merupakan gambar Tuhan Yang Maha Suci, Tuhan yang terbesar, aku adalah hambamu, terimalah aku yang tunduk di kakimu.”
“Malechha telah memijak tanah Arabia yang masyhur. Arya Dharma tidak akan ditemui di negara itu. Sebelum itu telah muncul seorang roh jahat yang terseleweng yang telah kubunuh [nota: contohnya Abrahah Al-Ashram, gabenor Yaman yang menyerang Mekah]; dia kini muncul lagi dan dihantar oleh musuh yang gagah. Untuk menunjukkan musuh-musuh ini ke jalan yang benar dan membimbing mereka kepada Mahamad (Muhammad) yang dikenali, yang telah kuberi nama julukan Brahma dan berusaha keras untuk membawa golongan Pishacha ke jalan yang benar. Wahai Raja! Kau tidak perlu pergi ke negara Pishacha yang tolol, kau akan disucikan melalui kemurahan hatiku di tempat kau diam. Pada waktu malam, dia yang seperti malaikat, manusia yang licik, yang menyamar sebagai Pishacha berkata kepada Raja Bhoj: “Wahai Raja! Arya Dharma mu telah menang mengatasi agama-agama lain, tetapi menurut perintah ‘Ashwar Parmatma (Tuhan, Roh Yang Tinggi), aku akan melaksanakan rukun yang kuat daripada golongan pemakan daging. Pengikut-pengikutku terdiri daripada lelaki yang telah disunatkan, tanpa ekor (di kepalanya), menyimpan janggut, melancarkan revolusi, mengumumkan panggilan sembahyang dan memakan semua yang halal. Dia akan memakan semua jenis binatang kecuali khinzir. Mereka tidak akan mencari kesucian dari pohon suci, tetapi disucikan melalui peperangan. Kerana mereka menentang bangsa-bangsa yang tidak beragama, mereka akan dikenali sebagai Musalman (Muslim). Aku akan menjadi pengasas agama golongan yang memakan daging ini.”
Ramalan Di Dalam Kuntap Sukt (Atharva Veda)
Kuntap Sukt adalah bahagian-bahagian di bab kedua puluh Atahrva Veda, Ia dibaca setiap tahun dalam sembahyang semasa perhimpunan-perhimpunan besar, dan bila mana korban dipersembahkan. Setiap tahun, tujuh belas pundit berkumpul untuk membaca mantra-mantra ini dengan penuh khusyuk. Kuntap Sukt disebut di dalam beberapa kitab-kitab purba Hindu seperti Aitreya Brahmana, Kaushitki Brahmana, Gopath Brahmana, Shankhayana Shraut Sutar, Ashvlayana Shraut Sutar dan Vaitan Sutar.
Perkataan Kuntap bermakna menghapuskan dosa dan penderitaan; perkataan ini terbentuk daripada perkataan ‘Kuh’ (dosa dan penderitaan) dan ‘tap’ (menghapuskan). Perkataan Kuntap juga bermaksud ‘kelenjar yang tersembunyi di abdomen’, yang bermakna bahawa maksud sebenar akan didedahkan hanya kepada mereka yang mempunyai penglihatan yang dalam. Sebagai perbandingan, Mekah digelar ibu kepada bandar-bandar (Umm al Qura) atau pusat bumi. Dr. Vidyarthi menunjukkan bahawa perkataan Kuntap diterbitkan daripada Bakkah (Mekah). Dalam analisa ke atas perkataan-perkataan Sanskrit dan Arab yang mempunyai makna yang sama seperti di dalam Jadual sebelum ini, perkataan ‘b’ di dalam bahasa Arab digunakan sebagai ‘p’ di dalam bahasa Sanskrit (pada zaman kita, satu contoh adalah minuman Pepsi; ia ditulis dan disebut sebagai Bebsi dalam dunia Arab). Dalam kes tertentu, huruf Arab ‘t’ menjadi senyap dan disebut sebagai ‘h’ bergantung kepada kedudukannya di dalam perkataan berkenaan (lihat Jadual 3 di bawah). Sebagai contoh, ‘tun’ di dalam Medinatun digantikan dengan ‘h’ dalam sebutan (kedua-dua ‘t’ dan ‘n’ digugurkan). Selanjutnya, banyak perkataan-perkataan Sanskrit yang mempunyai perkataan yang selari dalam bahasa Arab ditulis terbalik (lihat Jadual 2 di atas). Oleh itu, kita boleh melihat kesamaan di antara perkataan Kuntap dan Bakkah (setiap satu mengandungi huruf k, n, t, p). Selanjutnya, Dr. Vidyarthi menunjukkan daripada konteks ramalan tersebut bahawa sesungguhnya Kuntap merujuk kepada Kaabah dan Mekah. Apa yang menarik adalah perkataan Bakkah dan Kaabah menggunakan perkataan akar yang sama.
Jadual 3
Disebut Sebagai
Ditulis di dalam Bahasa Arab Sebagai
Maksud atau Penggunaan
Medinah Medinatun Bandar
Bayt Baytun Rumah
Bakkah Bakkatu, Bakkatun Nama Khas, Bandar
Makkah Makkatu Nama Khas, Bandar
Jeddah Jeddatu Nama Khas, Bandar
Muhammad Muhammdun Nama Khas
Khadijah Khadijatu Nama Khas, Perempuan (penghujung ‘n’ tidak muncul dalam nama perempuan)
Mantra ketiga di dalam Kuntap Sakt ialah: Terjemahannya oleh Pundit Raja Ram diberikan seperti berikut:
kuntap3.gif




“Dia memberikan kepada Rishi Mamah seratus keping wang emas, sepuluh kalungan, tiga ratus ekor kuda dan seribu ekor lembu”
Perkataan akar kepada perkataan Mamah adalah Mah yang bermakna yang disanjung tinggi, dihormati, disegani, dibesarkan dan bertaraf tinggi. Perkataan “Muhammad” di dalam bahasa Arab bermaksud “yang dipuji”. Di dalam bahasa Sanskrit, banyak nama-nama Muslim yang digunakan dengan sedikit pengubahsuaian. Contohnya, ‘Mahmud’ Ghaznavi yang memerintah sebahagian daripada India, dipanggil dengan nama ‘Mamud’ Ghaznavi. Oleh itu, Mamah adalah sinonim dengan Muhammad apabila makna keseluruhan ayat tersebut dipertimbangkan. Di dalam agama Hindu, perkataan Rishi bermaksud guru ilmu mistik atau Nabi, dan mungkin juga seorang yang tinggi tarafnya. Kelihatannya perkataan ini diterbitkan daripada nama Nabi Idris dengan huruf pertama ‘i’ dipindahkan ke penghujung perkataan, sama seperti nama Abraham dan Brahma, dan huruf ‘d’ digugurkan seperti mana Mamah (Muhammad, yang diterbitkan daripada huruf akar h, m dan d).
Seratus keping wang emas merujuk kepada sahabat-sahabat awal Nabi Muhammad, yang mana lapan puluh daripada mereka berhijrah ke Habsyah untuk melepaskan diri daripada penindasan yang tidak tertanggung. Di dalam Shatpath Brahmana yang merupakan ulasan yang diwahyukan ke atas Yajur Veda, emas adalah digunakan sebagai metafora untuk kuasa spiritual manusia yang tinggi.
Sepuluh kalungan merujuk kepada sepuluh sahabat Nabi Muhammad yang paling rapat yang diberikan berita gembira mengenai syurga oleh Nabi. Umat Islam mengenali mereka sebagai ‘Ashra-i-Mubbashshara’. Mereka adalah Abu Bakar (r.a.) , ‘Umar, ‘Uthman, ‘Ali, Talha, Zubair, ‘Abdul Rahman bin Auf, S’adbin Abi Waqqas, S’ad bin Zaid, dan Abu ‘Ubaidah (moga Allah memberkati mereka). Mereka adalah orang-orang yang disebut di dalam Veda sebagai Dash ashrijah - ’sepuluh jambangan bunga dari syurga’.
Tiga ratus ekor kuda yang bagus (dari baka Arab) merujuk kepada sahabat-sahabat Nabi Muhammad yang berjuang di Badar. (Bilangannya yang tepat adalah 313, tetapi dalam kebanyakan ramalan angka ini digenapkan). Perkataan Sanskrit Arvah bermakna kuda Arab yang pantas, terutamanya yang digunakan oleh golongan Asura (bukan Arya).
Sepuluh ribu ekor lembu merujuk kepada sepuluh ribu sahabat yang mengiringi Nabi semasa pembukaan Mekah. Perkataan Sanskrit ‘go’ diterbitkan daripada gaw yang bermakna pergi berperang, dan digunakan bagi kedua-dua kerbau dan lembu. Di dalam Veda, kerbau atau lembu digambarkan sebagai simbol peperangan, keamanan dan persahabatan. Kita dapati kedua-dua sifat ini pada sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Mereka adalah manusia yang beriman dan pemurah seperti lembu, dan kuat serta perkasa dalam memastikan keamanan dan keadilan.
Qur’an 48:29
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari kurnia Allah dan keredhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh di antara mereka keampunan dan pahala yang besar.
Qur’an 5:54
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurnia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.
Sebuah hadith Nabi Muhammad menjelaskan lagi ramalan ini. Ia diriwayatkan di dalam Sahih Al-Bukhari, Jilid 9, No. 159 dan terdapat sedikit tambahan pada perinciannya di dalam Sahih Muslim, Sharh an-Nawawi, Jilid 8. Hadith ini merujuk kepada mimpi Nabi ketika beliau di Mekah, iaitu sebelum hijrah ke Madinah.
“Abu Musa meriwayatkan bawa Nabi (s.a.w.) bersabda, “Di dalam mimpiku aku nampak bahawa aku berhijrah dari Mekah ke suatu tempat di mana terdapat pohon-pohon kurma. Aku menyangka bahawa tempat itu adalah Yamamah atau Hajar, tetapi rupa-rupanya adalah Yathrib (Madinah). Dan aku nampak lembu-lembu (dipetik di dalam Sahih Muslim sebagai lembu-lembu disembelih) di situ - dan bahawa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik. Akhirnya, lembu-lembu itu rupa-rupanya adalah simbol orang-orang beriman (yang terbunuh) di (pertempuran) Uhud, dan yang baik (yang aku lihat di dalam mimpiku) adalah ganjaran kebaikan dan kebenaran yang Allah anugerahkan kepada kami selepas peperangan Badar.”
Hadith ini menunjukkan bahawa lembu-lembu di dalam mimpi tersebut mewakili sahabat-sahabat Nabi. Oleh itu, sepuluh ribu lembu di dalam mantra Veda merujuk kepada sepuluh ribu sahabat-sahabat Nabi Muhammad yang beriman.
Terjemahan Bahasa Inggeris mantra (ayat-ayat) 1 hingga 13 tersebut adalah dari Kuntap Sukt (Atharva Veda) yang merupakan hasil kerja Pandit Raja Ram dan penterjemah-penterjemah Hindu lain, dan disenaraikan di bawah. Teks di dalam [ ] ditambah untuk menghuraikan atau menerangkan konteks ayat-ayat tersebut kepada pembaca.
1. Dengarlah wahai manusia! Seorang yang terpuji akan dipuji. Wahai Kaurama, kami telah menerima dari kalangan Rushama enam puluh ribu dan sembilan puluh [bilangan penduduk Mekah ketika Nabi berjaya membebaskan Mekah].
2. Dua puluh ekor unta menarik kereta kudanya, dan dia membawa bersama isteri-isterinya. The top of that carriage of chariot bows down escaping from touching the heaven.
3. Dia memberikan Rishi Mamah seratus keping emas, sepuluh kalungan, tiga ratus ekor kuda dan sepuluh ribu ekor lembu. [100 orang sahabat awal, 80 orang daripada mereka berhijrah ke Habsyah, sepuluh yang terpilih diberikan berita gembira tentang syurga oleh Nabi, 313 sahabat di peperangan Badar, dan 10,000 sahabat yang bersama-sama Nabi semasa memasuki Mekah dan membersihkan Kaabah daripada berhala-berhala]
4. Sebarkanlah kebenaran, wahai engkau yang memuji [Ahmad], sebarkanlah kebenaran, seperti mana burung menyanyi di pohon yang berbuah ranum. Bibirmu dan lidahmu petah bagaikan sepasang mata gunting yang tajam. [Keadaan Nabi ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril]
5. Yang berdoa dan doa mereka bergegas bagaikan kerbau yang tangkas. Hanya anak-anak yang tinggal di rumah, dan di rumah mereka menunggu lembu-lembu itu. [Lembu-lembu merujuk kepada sahabat-sahabat Nabi. Mereka menunaikan solat 5 kali sehari dengan taat pada masa yang ditetapkan. Rujuk kepada kisah Peperangan badar, Uhud, dan Ahzab].
6. Wahai engkau yang memuji (Tuhan), bertindaklah dengan bijak, yang akan membawa ganjaran lembu dan perkara-perkara yang baik. Sebarkanlah ia di kalangan yang beriman, seperti mana pemanah mengacukan anak panahnya ke sasaran. [kebesaran Qur'an]
7. Nyanyikanlah pujian yang tinggi kepada raja dunia ini atau Cahaya Semesta Alam, yang merupakan tuhan dan yang terbaik di kalangan manusia. Dia adalah pembimbing semua manusia dan memberikan perlindungan kepada semua orang. [sifat-sifat Nabi Muhammad]
8. Dia yang menawarkan perlindungan kepada semua orang, membawa kedamaian kepada dunia, sebaik sahaja dia menaiki takhta. Orang-orang di tanah Kuru memperkatakan tentang kedamaian yang dibawanya semasa membina rumah. [Di dalam Bahasa Ibrani, Kuru bermakna orang yang melindungi rumah, dan Kore bermakna rumah. Ia merujuk kepada rumah ibadat yang pertama, iaitu Kaabah. Dalam konteks ini, tanah Kuru bermakna negeri Koreish. Mantra ini merujuk kepada pembinaan semula Kaabah lima tahun sebelum kenabian Muhammad dan peranannya di dalam mendamaikan suku-suku Koreish (Quraisy) yang mahukan penghormatan eksklusif untuk meletakkan kembali Batu Hitam di tempatnya, dan pertelingkahan ini hampir mencetuskan pergaduhan di kalangan mereka. Batu Hitam adalah bahan suci dan adalah satu-satunya bahagian yang tinggal daripada bahan asal yang digunakan untuk mendirikan Kaabah]
9. Di kalangan Raja, yang memberikan kedamaian dan perlindungan kepada semua,seorang isteri bertanya suaminya sama ada dia perlu menghidangkan untuknya dadih atau sebarang arak. [Disebabkan perlindungan dan perintah Nabi, kaum wanita boleh mengembara dengan bebas tanpa ditemani dan tanpa rasa takut]
10. Barli yang ranum tumbuh dari rekahan dan menjulang ke langit. Orang ramai makmur di bawah pemerintahan raja yang melindungi semua. [Manusia bangun dari lubuk kehinaan ke puncak kemuliaan].
11. Indra mengejutkan penyanyi dengan pujian-pujiannya dan memintanya pergi kepada orang ramai dari serata arah. Dia diminta memuji Indra, yang gagah dan semua orang beriman menghargai usahanya dan Tuhan menganugerahkannya ganjaran. [Nabi menghantar beberapa pucuk surat kepada beberapa orang raja dan pemerintah dari serata tempat untuk menjemput mereka kepada Islam].
12. Lembu-lembu, kuda-kuda dan manusia bertambah dan berkembang di sini kerana di sini ada seorang pemerintah yang amat murah hati yang memberikan ribuan untuk kebajikan dan korban. [Sifat Nabi Terakhir].
13. Wahai Indra, lindungilah lembu-lembu ini, dan lindungilah tuannya daripada bahaya. Wahai Indra, jangan biarkan musuh atau perompak menewaskan mereka. [Indra merujuk kepada Tuhan dan lembu merukuk kepada pengikut-pengikut Nabi yang beriman]
Untuk perbandingan, sila baca riwayat hidup Nabi Muhammad (s.a.w.) dan apa kata orang bukan Islam mengenai Nabi Muhammad (s.a.w.).
Ramalan-ramalan Lain di Dalam Atharva Veda
Atharva Veda X, 2, 28: [mengenai Kaabah] aved10228.gif Sama ada ia dibina tinggi, sama ada dindingnya lurus atau tidak, namun Tuhan tetap dilihat di setiap penjurunya. Dia yang mengenali Rumah Tuhan mengenalinya kerana Tuhan diingati di situ.
Kaabah tidak tepat berbentuk segi empat dan sisinya tidak sama panjang. Kaabah terletak di tengah-tengah Masjid Haram yang dibuka sepanjang hari dan malam sepanjang tahun dan sentiasa dipenuhi oleh orang ramai yang berdoa kepada Allah (satu-satunya Tuhan Yang Benar). Umat Islam menghadapkan wajah mereka ke arahnya semasa sembahyang, membentuk suatu bulatan di rumah Suci dan bulatan ini melunjur di seluruh permukaan bumi.

aved10231.gif




Atahrva Veda X, 2, 31 [mengenai Rumah Suci dan Kaabah] Tempat tinggal malaikat ini mempunyai lapan bulatan dan sembilan pagar. Ia tidak dapat ditakluki, ia kekal abadi dan ia gemilang dengan cahaya yang Tertinggi.
Masjid Haram yang di tengah-tengahnya terletak Kaabah dibuka siang dan malam sepanjang tahun dan sentiasa dipenuhi oleh orang ramai yang bersembahyang dan berdoa kepada Allah (satu-satunya Tuhan Yang Benar). Ia tidak pernah ditakluki. Abrahah al-Ashram, gabenor Yaman pernah cuba merobohkannya pada tahun 570 M dengan angkatan tentera yang kuat dan sekumpulan gajah-gajah tetapi dihalang daripada memasuki bandar tersebut (kawasan suci). Penduduk Mekah memutuskan untuk tidak mempertahankan Kaabah dan lari meninggalkan bandar itu dan berlindung di bukit-bukit yang berhampiran dengan Kaabah. Dengan perintah Allah, burung ababil telah melemparkan batu kepada tentera Abrahah dan menghancurkannya, meninggalkan mereka bagaikan tanaman yang rosak dimakan ternakan. Peristiwa ini diterangkan di dalam Surah (bab) 105 di dalam Qur’an. Tahun 570 lebih dikenali oleh orang Arab sebagai Tahun Gajah dan Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun tersebut.
Dr. Vidyarthi mengetengahkan fakta-fakta berikut. Rumah Tuhan mempunyai sembilan pintu - Baab-e-Ibrahim, Baab-al Widaa, Baab-as-Safa, Baab-e-Ali, Baab-e-Abbas, Baab-un-Nabi, Baab-as-Salaam, Baab-az-Ziyarat dan Baab-e-Haram. Selanjutnya, terdapat lapan bulatan yang merupakan garisan semula jadi yang melingkari kawasan-kawasan di bukit-bukit sekitarnya. Nama bukit-bukit tersebut adalah Jabal-e-Khaleej, Jabal-e-Qaiqaon, Jabal-e-Hindi, Jabal-e-Laalaa, Jabal-e-Keda, Jabal-e-Abu Hadidah, Jabal-e-Abi Qabees dan Jabal-e-Umar.

aved10233.gif




Atharva Veda X, 2, 33 [mengenai Ibrahim, Masjid Haram dan Kaabah] Brahma (Abraham/Ibrahim) tinggal di sini yang diterangi oleh cahaya dari langit dan dihujani keberkatan Tuhan. Ia adalah tempat yang memberikan kehidupan (spiritual) kepada manusia dan tidak dapat ditakluki.
Kaabah dibina oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ia tidak pernah ditakluki sehingga ke hari ini seperti yang diceritakan oleh ayat di atas. Banyak ayat-ayat di dalam Qur’an dan Perjanjian Lama, Bible yang menceritakan keberkatan yang dianugerahkan Tuhan ke atas Rumah Suci ini.
Ramalan Di Dalam Sama Veda

samaahmad.gif




Sama Veda mengandungi banyak ramalan-ramalan tentang kebangkitan Nabi Muhammad. Salah satu daripadanya dibentangkan di sini. Di dalam Sama Veda, II:6, 8 kita dapati: Ahmad menerima undang-undang agama (Syariah) daripada Tuhannya. Undang-undang agama ini penuh dengan kebijaksanaan. Aku menerima cahaya daripadanya seperti menerima cahaya dari mentari.
Nama lain bagi Nabi Muhammad adalah Ahmad (kedua-duanya adalah daripada huruf akar h, m dan d); kedua-dua nama bermakna “yang terpuji” tetapi nama kedua menekannya pada darjah yang lebih tinggi. Qur’an menyatakan bahawa Nabi Isa (Jesus a.s.) menyebut Nabi terakhir sebagai Ahmad.
Ramalan Di Dalam Rig Veda

rved5271.gif




Rig Veda V, 27, 1 Pemilik kereta kuda, yang benar dan mencintai kebenaran, yang amat bijaksana, berkuasa dan pemurah, Mamah [Muhammad] telah memilihku dengan kata-katanya. Anak kepada yang Maha Berkuasa, yang memiliki semua sifat-sifat yang mulia, yang mengasihani dunia telah menjadi masyhur dengan sepuluh ribu [sahabat].
Ini merujuk kepada sepuluh ribu orang sahabat-sahabat Nabi yang menang semasa pembukaan Mekah dan membersihkan Kaabah daripada berhala dan segala kehinaan.
Ramalan-ramalan Lain Di Dalam Kitab Hindu
Veda mengandungi banyak ramalan mengenai Nabi Muhammad. Beberapa penterjemah Eropah dan Hindu yang menterjemah Veda telah membuang nama yang merujuk kepada Nabi sementara yang lain cuba menerangkan ayat-ayat mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya, Kaabah, Mekah, Arabia dan peristiwa-peristiwa lain dengan menggunakan terminologi Hindu seperti ritual penyucian, dan tanah dan sungai-sungai di India. Beberapa Mantra mengandungi ramalan-ramalan yang bercampur-baur dengan penjelasan-penjelasan yang kemudiannya menjadi sebahagian daripada ramalan tersebut.
Beberapa ramalan ditemui di dalam Atharva Veda: (1) XX: 21, Ayat 6, 7 dan 9; (2) XX:137, Ayat 7 - 9; dan (3) X:2, Ayat 26, 27, 28, 29, 30 dan 32. Begitu juga beberapa lagi ramalan ditemui di dalam Rig Veda: (1) VII: 96, Mantra 13 - 16; dan (2) I: 53, ayat 6 dan 9. Akhir sekali, satu ramalan ditemui di dalam Sama Veda III: 10, Ayat 1. Ini hanyalah beberapa contoh daripada banyak ramalan-ramalan. Pembaca yang beri minat untuk merujuk kepada hasil kerja seorang sarjana boleh membaca buku Dr. Vidyarthi bertajuk “Mohammed in World Scriptures”, 1990. Buku ini menerangkan terminologi Hindu yang digunakan di dalam Mantra dan makna serta penggunaan perkataan-perkataan dan ungkapan-ungkapan tertentu di dalam Veda dan Kitab-kitab Hindu yang lain.
Tiada Paksaan Di Dalam Agama
Qur’an 2:256
Tiada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Kerana itu barang siapa yang engkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Rujukan
1. Abdul Had Vidyarthi, “Muhammad in World Scriptures”, Adam Publishers 1990. (Merangkumi bab-bab mengenai Kitab-Kitab Zoroastri dan Hindu)
2. A.H. Vidyarthi dan U. Ali, “Muhammad in Parsi, Hindu and Buddhist Scriptures”, IB.
Notakaki
1. ‘Allah’ adalah nama khas untuk Satu-satunya Tuhan Yang Benar, Pencipta dan Pemelihara alam semesta yang tiada yang setara dengannya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Perkataan ‘Allah’ juga digunakan oleh penganut-penganut Kristian Arab dan bangsa Yahudi sebagai nama Tuhan (Eloh-im di dalam Bahasa Ibrani; ‘Allaha’ di dalam Bahasa Aramaic, iaitu bahasa ibunda Nabi Isa/Jesus (a.s.)). Perkataan ‘Allah’ tiada bentuk majmuk tidak dikaitkan dengan mana-mana jantina.
LAMPIRAN A

purana1.gif




Purana, Prati Sarg Bahagian III: 3,3 Ayat 5-27 Huda

Muhammad adalah nabi umat Hindu ?

Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari dua agama itu sangat jauh berbeda. Mungkinkah nabi Muhammad adalah nabi dari kedua agama itu?
Jika dikatakan bahwa nabi Muhammad adalah juga nabi dari umat Yahudi & umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat2x yg menyatakan kalau kedatangan nabi Muhammad sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab2x suci pendahulunya, seperti Taurat & Injil. Lima kitab awal dari kitab Perjanjian Lama Kristen adalah apa yg oleh umat Yahudi diakui sebagai Torah/Taurat/Pentatouch, yaitu kitab2x Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Sedangkan 4 kitab awal dari kitab Perjanjian Baru Kristen diakui oleh umat Kristen sebagai kitab Injil, yaitu kitab2x Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Sekalipun umat Islam menyatakan bahwa Taurat & Injil yg diturunkan pada nabi Musa & nabi Isa adalah bukan yg diakui oleh umat Yahudi & Kristen sekarang, atau setidaknya sudah berubah/diubah dari aslinya, banyak para pakar ilmu Kristologi yg menyatakan kalau dalam Taurat & Injil yg diakui umat Yahudi & Kristen sekarang inipun masih terdapat sisa2x ramalan kedatangan nabi Muhammad (sebenarnya sangat menarik untuk menampilkan argumentasi pembuktiannya, tapi hal itu bukan topik utama dari tulisan ini).
Jika umat Islam mempercayai ramalan kedatangan nabi Muhammad dalam kitab Taurat & Injil, bagaimana dg kitab suci umat Hindu? Mungkinkah nabi Muhammad adalah seorang nabi yang kedatangannya sudah diramalkan oleh kitab suci umat Hindu? itulah yang akan kita bahas di sini.
Sebenarnya dalam Al-Qur’an terdapat ayat2x yang dapat dijadikan acuan bahwa nabi Muhammad mungkin saja adalah juga seorang nabi umat Hindu yang ramalan kedatangannya terdapat dalam kitab2x suci umat Hindu. Diantaranya :
1.Dalam surat Asy-Syu’ara(26) ayat 196 : “Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu”. Jadi dalam kitab2x sebelum Al-Qur’an juga terdapat wahyu Tuhan
2.Dalam surat Fatir(35) ayat 24 dinyatakan bahwa tidak ada suatu kaum di masa lalu tanpa seorang pemberi peringatan
3.Dalam surat Al-Ahzab(33) ayat 40 dinyatakan bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan dan merupakan penutup para nabi (utusan terakhir)
4.Dalam surat Al-Anbiya(21) ayat 107 dinyatakan bahwa nabi Muhammad tidak diutus melainkan untuk seluruh semesta alam.
5.Dalam surat Saba’ (34) ayat 28 dinyatakan bahwa Tuhan mengutus Muhammad untuk seluruh umat manusia, pemberi kabar gembira, dan peringatan akan dosa, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Juga dalam hadits Bukhari vol 1. dalam kitab Shalat bab 56 hadits no 429, nabi Muhammad bersabda :
“Semua rasul yg diutus sebelumku hanya berlaku untuk umat/bangsanya saja, tapi aku diutus untuk semua umat manusia”.
Sekarang akan kita lihat dalam kitab suci agama Hindu. Ada banyak kitab dalam agama Hindu yg diakui sebagai kitab suci mereka. Dari semuanya yang dianggap paling suci adalah kitab Veda (Weda). Bila diantara kitab2x itu ada yg bertentangan, maka yg harus menjadi rujukan utama adalah Weda yg juga masih terbagi lagi menjadi beberapa kitab. Kitab2x lain selain Weda adalah : Upanishad, Smriti, Dharma Sastra, Bhagavat Gita, Puranas, dll.

Ayat2x ramalan kedatangan nabi Muhammad
Disebutkan dalam Bhavisa Purana –> dalam Pratisarag Parv III, Khand 3, Adhyay 3, Shalokas 10 to 27 :
“Aryadarma akan tampil di muka bumi ini. ‘Agama kebenaran’ akan memimpin dunia ini. Saya diutus oleh Isyparmatma. Dan pengikut saya adalah orang yg berada di lingkungan itu, yg kepalanya tidak dikucir, mereka akan memelihara jenggot dan akan mendengarkan wahyu, mereka akan mendengarkan panggilan sholat (adzan), mereka akan memakan apa saja kecuali daging babi, mereka tidak akan disucikan dg tanaman semak2x/umbi-umbian tapi mereka akan suci di medan perang. Meraka akan dipanggil “Musalaman” (perantara kedamaian).”
Kalau anda baca tulisan diatas dg baik, maka anda akan melihat bahwa ciri2x dari pengikut agama kebenaran yg disebutkan adalah ciri2x yg umum terdapat pada umat Islam.
Dalam Atharvaveda book 20 Hymn 127 Shlokas 1-14 disebutkan tentang Kuntupsuktas yg mengisyaratkan bahwa nabi Muhammad akan terungkap kemudian.
*Mantra 1 mengatakan : ia akan disebut Narasangsa. “Nars” artinya orang, “sangsa” artinya “yg terpuji”. Jadi Narasangsa artinya : orang yg terpuji. Kata “Muhammad” dalam bahasa arab juga berarti : orang yg terpuji. Jadi Narasangsa dalam bahasa Sansekerta adalah identik dg Muhammad dalam bahasa arab. Jadi Narasangsa adalah figur yg sama dg nabi Muhammad. Ia akan disebut “Kaurama” yg bisa berarti : pangeran kedamaian, dan bisa berarti : orang yg pindah (hijrah). Nabi Muhammad adalah seorang pangeran kedamaian yg hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia akan dilindungi dari musuh yg akan dikalahkannya yg berjumlah 60.090 orang. Jumlah itu adalah sebanyak penduduk Makkah pada masa Muhammad hidup yaitu sekitar 60.000 orang.
*Mantra 2 mengatakan : ia adalah resi yg naik unta. Ini berarti ia bukan seorang bangsawan India, karena dikatakan dalam Mansuriti(11) : 202 mengatakan bahwa Brahma tidak boleh menaiki unta atau keledai. Jadi tokoh ini jelas bukan dari golongan Brahmana (pendeta tinggi Hindu), tapi seorang asing.
*Mantra 3 mengatakan : ia adalah “Mama Rishi” atau resi agung. Ini cocok dg nabi agung umat Islam yaitu nabi Muhammad SAW.
*Mantra 4 mengatakan : ia adalah Washwereda (Rebb) artinya orang yg terpuji. Nabi Muhammad yg juga dipanggil dg nama Ahmad adalah berarti juga “orang yg terpuji” yg terjemahan bahasa Sansekerta-nya adalah Rebb.
Beberapa ramalan lainnya :
*Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 6 dinyatakan bahwa di sana disebutkan dg istilah : “akkaru” yg artinya : “yg mendapat pujian”. Dia akan mengalahkan 10.000 musuh tanpa pertumpahan darah. Hal ini merujuk pada perang Ahzab yg mana Nabi Muhammad mengalahkan musuh yg berjumlah 10.000 orang tanpa pertumpahan darah.
*Dalam Atharvaveda book 20 hymn 21 : 7 dinyatakan bahwa Abandu akan mengalahkan 20 penguasa. Abandu juga berarti seorang yatim atau seorang yg mendapat pujian. Ini mengarah pada nabi Muhammad yg seorang yatim sejak lahir dan arti kata Muhammad/Ahmad yg berarti yg terpuji, yg akan mengalahkan kepala-suku2x dari suku2x di sekitar Makkah yg berjumlah sekitar 20 suku.
*Dalam Rigveda book 1 Hymn 53 : 9 nabi dipanggil dg sebutan “Suslama” yg artinya lagi2x adalah : orang yg terpuji yg merupakan arti dari nama Muhammad.
*Dalam Samaveda Agni Mantra 64 dinyatakan bahwa ia tidak disusui oleh ibunya. Hal ini persis dg nabi Muhammad yg tidak disusui oleh ibunya tapi oleh seorang wanita bernama Halimah.
*Dalam Samaveda Uttararchika Mantra 1500 dinyatakan bahwa Ahmad akan dianugrahi undang2x abadi, yg jelas mengacu pada nabi Muhammad yg akan dianugrahi kitab suci Al-Qur’an. Tapi karena orang India yg berbahasa sansekerta tidak paham kata Ahmad, maka diterjemahkan menjadi “a” dan “mahdi” yaitu “saya sendiri”, jadi diartikan “saya sendiri yg menerima undang2x abadi”. Padahal seharusnya “Muhammad sendiri yg dianugrahi undang2x abadi”.
*Nabi Muhammad diramalkan dengan nama Ahmad pada banyak bagian dalam kitab2x Weda. Juga diramalkan pada tak kurang dari 16 tempat yg berbeda dalam kitab weda dg nama Narasangsa artinya adalah sama dg arti dari nama Muhammad, yaitu “yang terpuji”.
Kalky Autar
Salah satu ramalan kedatangan nabi Muhammad yg sangat terkenal yang juga telah membuat seorang professor bahasa dari ALAHABAD University India mengajak kepada umat Hindu untuk segera memeluk agama Islam, adalah terdapatnya sebuah ramalan penting dalam kitab suci Hindu tentang kedatangan yg ditunggu-tunggu dari seorang Kalky Avtar (baca : autar). “av” artinya : turun. “tr” artinya melewati. Jadi arti kata Avtar adalah “diturunkan atau diutus untuk turun”. Kalky Avtar artinya adalah : “utusan terakhir”.
Pundit Vaid Parkash – sang professor (yg menulis buku berjudul “Kalky Avtar”), secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW, karena menurutnya, sebenarnya nabi Muhammad adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual dalam agama Hindu.
Disebutkan dalam Nashpropesy, nabi Muhammad diramalkan dg nama Kalky Avtar (Autar terakhir) dan Amtim Rishi. Sedangkan dalam kitab Puranas disebutkan tentang Kalky Autar dan kedatangannya. Diantara ayat2x yg menyebutkan adalah :
*Dalam Baghavata Purana Khand 12 Adhyay 2 Shloka 18-20 disebutkan dalam rumah Visnuyash akan dilahirkan Kalky Avtar yg diramalkan akan menjadi penguasa dunia, yg terkenal dg sifat2xnya yg baik & menonjol. Dia akan diberi tanda2x. Dia akan diberi oleh malaikat sebuah kendaraan yg cepat. Dia akan menaiki kuda putih sambil memegang pedang. Dia akan mengalahkan orang2x jahat dan dia akan terkenal di dunia.
*Dalam Baghavata Purana Khand 1 Adhyay 3 Shloka 25 disebutkan akan ada juru selamat di rumah Visnuyash
*Dalam Kalki Purana (2) : 4 disebutkan bahwa di rumah Visnuyash pemimpin kampung Sambala akan lahir Kalki Avtar
*Dalam Kalki Purana (2) : 5 disebutkan bahwa dia akan datang bersama para sahabatnya (4 orang sahabat) mengalahkan orang2x jahat
*Dalam Kalki Purana (2) : 7 disebutkan bahwa dia akan dijaga oleh malaikat di medan perang
*Dalam Kalki Purana (2) : 11 disebutkan bahwa dalam rumah Visnuyash dan dalam rumah Summati Kalki Autar akan lahir
*Dalam Kalki Purana (2) : 15 disebutkan bahwa dia akan lahir pada tanggal 12 bulan pertama Madhop
Semua ramalan yg disebut diatas tadi tiada lain merujuk pada nabi Muhammad SAW. Penjelasannya demikian :
*Dirumah Visnuyash berarti dirumah pengikut Vishnu (pengikut Tuhan) sedangkan ayah dari nabi Muhammad adalah bernama Abdullah yg artinya adalah pengikut Allah (pengikut Tuhan). Orang Islam menyebut “Allah” sbg Tuhan, sedang orang Hindu menyebut “Vishnu” sbg Tuhan. Jadi di rumah Visnuyash adalah di rumah Abdullah.
*Summati dalam bahasa sansekerta artinya adalah orang yg sangat setia. Sedangkan ibunda nabi Muhammad adalah bernama Aminah yg dalam bahasa arab artinya juga orang yg setia.
*Sambala bahasa arabnya adalah tempat yg aman & damai. Nabi Muhammad dilahirkan di Makkah yg terkenal dg nama “Darul Aman” yaitu tempat yg aman & damai. Akan lahir diantara kepala suku Sambala, artinya bahwa nabi akan lahir diantara kepala suku di Makkah.
*Dilahirkan pada tanggal 12 di bulan pertama Madhop. Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 rabiul awal
*Sbg Amtim Rishi (resi terakhir). Nabi Muhammad adalah juga nabi terakhir dari deretan nabi2x yg dikirim Tuhan spt yg terdapat pada QS. Al- Ahzab : 40.
*Dia akan memperoleh bimbingan di atas gunung dan akan kembali lagi ke arah utara. Nabi Muhammad memperoleh wahyu pertamanya di gua Hira di Jabal Nur. Jabal Nur artinya Gunung Cahaya lalu kembali lagi ke Makkah.
*Dia akan memiliki sifat2x yg sangat mulia. Persis seperti nabi Muhammad spt terdapat pada QS. Al-Qalam : 14 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
*Kalki Autar akan diberi 8 kemampuan spiritual, yaitu : bijaksana, punya kendali diri, keturunan yg terhormat, punya pengetahuan wahyu, pemberani, perkataannya bertarget kurikulum, sangat dermawan, dan sangat ramah. Semuanya adalah sifat2x yg dimiliki oleh nabi Muhammad
*Dia akan diberi kendaraan yg sangat cepat oleh Shiva. Nabi Muhammad juga diberi bouraq yg sangat cepat oleh Allah yg membawanya ke langit dalam peristiwa Mi’raj.
*Dia akan naik kuda putih dg tangan kanannya memegang pedang. Nabi Muhammad juga ambil bagian dalam peperangan termasuk dg menunggang kuda dan bertempur dg memegang pedang dg tangan kanannya.
*Dia akan menjadi penyelamat umat manusia. Dalam QS. Faatir(35) ayat 24 dan QS. Saba(34) ayat 28 disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah pembawa berita gembira & peringatan bagi seluruh umat manusia, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
*Dia akan menjadi pembimbing ke jalan yg benar. Nabi Muhammad hidup pada jaman jahiliyah yg penuh kegelapan dimana ia membawa umatnya ke jalan yg terang benderang.
*Dia akan dibantu oleh 4 sahabat dalam menyebarkan misi. Kita tau ada 4 orang khalifah sahabat nabi yaitu : Sayyidina Abubakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
*Dia akan ditolong oleh malaikat di medan pertempuran. Dalam perang Badr nabi Muhammad dibantu oleh para malaikat Allah spt tersebut dalam QS. Ali Imran (3) ayat 123 & 125 : “Jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka menyerang kamu dengan seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan 5000 malaikat yg memakai tanda”. Juga QS. Al-Anfal(8) ayat 9 yang berbunyi “…. sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yg datang berturut-turut.”
Subhanallah..
Ternyata sekian banyak ayat tersebut (yg sebenarnya belum semuanya ditampilkan) yg meramalkan akan datangnya seorang nabi yang ditunggu-tunggu oleh umat Hindu, begitu cocok dengan gambaran nabi Muhammad, umat Islam, dan sejarahnya. Mungkin saja ini juga merupakan pembuktian yg diberikan Allah bahwa nabi Muhammad memang diutus Allah untuk seluruh umat manusia.
Hal ini juga dapat membuka diskusi yg menarik tentang agama Hindu, kitab suci umat Hindu, dan syariat-nya. Benarkah agama Hindu memang merupakan agama yg diturunkan oleh Allah jauh sebelum nabi Muhammad lahir? Kalau ya, apakah berarti umat Hindu bisa disebut “muslim”, atau juga bisa disebut “ahlul kitab”? Bagaimana sesungguhnya ajaran agama Hindu itu, dan sesuaikah dg ajaran Islam? Bagaimana pendapat anda sendiri?

KERAJAAN SUMEDANG LARANG

Kerajaan Sumedang Larang
Kerajaan Sumedang Larang adalah salah satu kerajaan Islam yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-15 Masehi di Jawa Barat, Indonesia. Popularitas kerajaan ini tidak sebesar popularitas kerajaan Demak, Mataram, Banten dan Cirebon dalam literatur sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Tapi, keberadaan kerajaan ini merupakan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, sebagaimana yang dilakukan oleh Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Banten.

Sejarah
Kerajaan Sumedang Larang (kini Kabupaten Sumedang) adalah salah satu dari berbagai kerajaan Sunda yang ada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Terdapat kerajaan Sunda lainnya seperti Kerajaan Pajajaran yang juga masih berkaitan erat dengan kerajaan sebelumnya yaitu (Kerajaan Sunda-Galuh), namun keberadaan Kerajaan Pajajaran berakhir di wilayah Pakuan, Bogor, karena serangan aliansi kerajaan-kerajaan Cirebon, Banten dan Demak (Jawa Tengah). Sejak itu, Sumedang Larang dianggap menjadi penerus Pajajaran dan menjadi kerajaan yang memiliki otonomi luas untuk menentukan nasibnya sendiri.

Asal-mula nama
Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela pernah berkata “Insun medal; Insun madangan”. Artinya Aku dilahirkan; Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.

Pemerintahan berdaulat
No. Nama[1] Tahun
1) Nama Raja-raja Kerajaan Sumedang Larang
a) Prabu Guru Aji Putih 900
b) Prabu Agung Resi Cakrabuana / Prabu Taji Malela 950
c) Prabu Gajah Agung 980
d) Sunan Guling 1000
e) Sunan Tuakan 1200
f) Nyi Mas Ratu Patuakan 1450
g) Ratu Pucuk Umun / Nyi Mas Ratu Dewi Inten Dewata 1530 – 1578
h) Prabu Geusan Ulun / Pangeran Angkawijaya 1578 – 1601

2) Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan Mataram II
a) R. Suriadiwangsa / Pangeran Rangga Gempol I 1601 – 1625
b) Pangeran Rangga Gede 1625 – 1633
c) Pangeran Rangga Gempol II 1633 – 1656
d) Pangeran Panembahan / Pangeran Rangga Gempol III 1656 – 1706

3) Nama Bupati Wedana Masa Pemerintahan VOC, Inggris, Belanda dan Jepan
a) Dalem Tumenggung Tanumaja 1706 – 1709
b) Pangeran Karuhun 1709 – 1744
c) Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759
d) Dalem Anom 1759 – 1761
e) Dalem Adipati Surianagara 1761 – 1765
f) Dalem Adipati Surialaga 1765 – 1773
g) Dalem Adipati Tanubaja (Parakan Muncang) 1773 – 1775
h) Dalem Adipati Patrakusumah (Parakan Muncang) 1775 – 1789
i) Dalem Aria Sacapati 1789 – 1791
j) Pangeran Kornel / Pangeran Kusumahdinata 1791 – 1800
k) Bupati Republik Batavia Nederland 1800 – 1810
l) Bupati Kerajaan Nederland, dibawah Lodewijk, Adik Napoleon Bonaparte
1805 – 1810m Bupati Kerajaan Nederland,
dibawah Kaisar Napoleon Bonaparte 1810 – 1811
m) Bupati Masa Pemerintahan Inggris 1811 – 1815
n) Bupati Kerajaan Nederland 1815 – 1828
o) Dalem Adipati Kusumahyuda / Dalem Ageung 1828 – 1833
p) Dalem Adipati Kusumahdinata / Dalem Alit 1833 – 1834
q) Dalem Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 – 1836
r) Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Soegih 1836 – 1882
s) Pangeran Aria Suria Atmaja / Pangeran Mekkah 1882 – 1919
t) Dalem Adipati Aria Kusumahdilaga / Dalem Bintang 1919 – 1937
u) Dalem Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata / Dalem Aria Sumantri 1937-1942
v) Bupati Masa Pemerintahan Jepang 1942 – 1945
w) Bupati Masa Peralihan Republik Indonesia 1945 – 1946

4) Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia
a) Raden Hasan Suria Sacakusumah 1946 – 1947

5) Bupati Masa Pemerintahan Belanda / Indonesia
a) Raden Tumenggung M. Singer 1947 – 1949

6) Bupati Masa Pemerintahan Negara Pasundan
a) Raden Hasan Suria Sacakusumah 1949 – 1950

7) Bupati Masa Pemerintahan Republik Indonesia
a) Radi (Sentral Organisasi Buruh Republik Indonesia) 1950
b) Raden Abdurachman Kartadipura 1950 – 1951
c) Sulaeman Suwita Kusumah 1951 – 1958
d) Antan Sastradipura 1958 – 1960
e) Muhammad Hafil 1960 – 1966
f) Adang Kartaman 1966 – 1970
g) Drs. Supian Iskandar 1970 – 1972
h) Drs. Supian Iskandar 1972 – 1977
i) Drs. Kustandi Abdurahman 1977 – 1983
j) Drs. Sutarja 1983 – 1988
k) Drs. Sutarja 1988 – 1993
l) Drs. H. Moch. Husein Jachja Saputra 1993 – 1998
m) Drs. H. Misbach 1998 – 2003
n) H. Don Murdono,SH. Msi 2003 – 2008
o) H. Don Murdono,SH. Msi 2008 - 2013
p) Prabu Agung Resi Cakrabuana (950 M)
Prabu Agung Resi Cakrabuana atau lebih dikenal Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok berdirinya Kerajaan Sumedang. Pada awal berdiri bernama Kerajaan Tembong Agung dengan ibukota di Leuwihideung (sekarang Kecamatan Darmaraja). Ia punya tiga putra yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun.
Berdasarkan Layang Darmaraja, Prabu Tajimalela memberi perintah kepada kedua putranya (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung), yang satu menjadi raja dan yang lain menjadi wakilnya (patih). Tapi keduanya tidak bersedia menjadi raja. Oleh karena itu, Prabu Tajimalela memberi ujian kepada kedua putranya jika kalah harus menjadi raja. Kedua putranya diperintahkan pergi ke Gunung Nurmala (sekarang Gunung Sangkanjaya). Keduanya diberi perintah harus menjaga sebilah pedang dan kelapa muda (duwegan/degan). Tetapi, Prabu Gajah Agung karena sangat kehausan beliau membelah dan meminum air kelapa muda tersebut sehingga beliau dinyatakan kalah dan harus menjadi raja Kerajaan Sumedang Larang tetapi wilayah ibu kota harus mencari sendiri. Sedangkan Prabu Lembu Agung tetap di Leuwihideung, menjadi raja sementara yang biasa disebut juga Prabu Lembu Peteng Aji untuk sekedar memenuhi wasiat Prabu Tajimalela. Setelah itu Kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung menjadi resi. Prabu Lembu Agung dan pera keturunannya tetap berada di Darmaraja. Sedangkan Sunan Geusan Ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan Brebes.
Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang. Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Prabu Ratu Dewata). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun.
Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri
Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.
Dari pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santri memiliki enam orang anak, yaitu :
1.Pangeran Angkawijaya (yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)
2.Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang,
supaya memeluk agama Islam.
3.Kiyai Demang Watang di Walakung.
4.Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.
5.Santowaan Cikeruh.
6.Santowaan Awiluar.
Ratu Pucuk Umun dimakamkan di Gunung Ciung Pasarean Gede di Kota Sumedang.

Prabu Geusan Ulun
Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M) dinobatkan untuk menggantikan kekuasaan ayahnya, Pangeran Santri. Ia menetapkan Kutamaya sebagai ibukota kerajaan Sumedang Larang, yang letaknya di bagian Barat kota. Wilayah kekuasaannya meliputi Kuningan, Bandung, Garut, Tasik, Sukabumi (Priangan) kecuali Galuh (Ciamis). Kerajaan Sumedang pada masa Prabu Geusan Ulun mengalami kemajuan yang pesat di bidang sosial, budaya, agama, militer dan politik pemerintahan. Setelah wafat pada tahun 1608, putera angkatnya, Pangeran Rangga Gempol Kusumadinata atau Rangga Gempol I, yang dikenal dengan nama Raden Aria Suradiwangsa menggantikan kepemimpinannya.
Pada masa awal pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan sedang dalam masa kehancurannya karena diserang oleh Kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf dalam rangka menyebarkan Agama Islam. Oleh karena penyerangan itu Kerajaan Pajajaran hancur. Pada saat-saat kekalahan Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi sebelum meninggalkan Keraton beliau mengutus empat prajurit pilihan tangan kanan Prabu Siliwangi untuk pergi ke Kerajaan Sumedang dengan rakyat Pajajaran untuk mencari perlindungan yang disebut Kandaga Lante. Kandaga Lante tersebut menyerahkan mahkota emas simbol kekuasaan Raja Pajajaran, kalung bersusun dua dan tiga, serta perhiasan lainnya seperti benten, siger, tampekan, dan kilat bahu (pusaka tersebut masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun si Sumedang). Kandaga Lante yang menyerahkan tersebut empat orang yaitu Sanghyang Hawu atau Embah Jayaperkosa, Batara Dipati Wiradijaya atau Embah Nangganan, Sanghyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana atau Embah Terong Peot.
Walaupun pada waktu itu tempat penobatan raja direbut oleh pasukan Banten (wadyabala Banten) tetapi mahkota kerajaan terselamatkan. Dengan diberikannya mahkota tersebut kepada Prabu Geusan Ulun, maka dapat dianggap bahwa Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan menjadi bagian Kerajaan Sumedang Larang, sehingga wilayah Kerajaan Sumedang Larang menjadi luas. Batas wilayah baratnya Sungai Cisadane, batas wilayah timurnya Sungai Cipamali (kecuali Cirebon dan Jayakarta), batas sebelah utaranya Laut Jawa, dan batas sebelah selatannya Samudera Hindia.
Secara politik Kerajaan Sumedang Larang didesak oleh tiga musuh: yaitu Kerajaan Banten yang merasa terhina dan tidak menerima dengan pengangkatan Prabu Geusan Ulun sebagai pengganti Prabu Siliwangi; pasukan VOC di Jayakarta yang selalu mengganggu rakyat; dan Kesultanan Cirebon yang ditakutkan bergabung dengan Kesultanan Banten. Pada masa itu Kesultanan Mataram sedang pada masa kejayaannya, banyak kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara yang menyatakan bergabung kepada Mataram. Dengan tujuan politik pula akhirnya Prabu Geusan Ulun menyatakan bergabung dengan Kesultanan Mataram dan beliau pergi ke Demak dengan tujuan untuk mendalami agama Islam dengan diiringi empat prajurit setianya (Kandaga Lante). Setelah dari pesantren di Demak, sebelum pulang ke Sumedang ia mampir ke Cirebon untuk bertemu dengan Panembahan Ratu penguasa Cirebon, dan disambut dengan gembira karena mereka berdua sama-sama keturunan Sunan Gunung Jati.
Dengan sikap dan perilakunya yang sangat baik serta wajahnya yang rupawan, Prabu Geusan Ulun disenangi oleh penduduk di Cirebon. Permaisuri Panembahan Ratu yang bernama Ratu Harisbaya jatuh cinta kepada Prabu Geusan Ulun. Ketika dalam perjalanan pulang ternyata tanpa sepengetahuannya, Ratu Harisbaya ikut dalam rombongan, dam karena Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri akhirnya dibawa pulang ke Sumedang. Karena kejadian itu, Panembahan Ratu marah besar dan mengirim pasukan untuk merebut kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang antara Cirebon dan Sumedang.
Akhirnya Sultan Agung dari Mataram meminta kepada Panembahan Ratu untuk berdamai dan menceraikan Ratu Harisbaya yang aslinya dari Pajang-Demak dan dinikahkan oleh Sultan Agung dengan Panembahan Ratu. Panembahan Ratu bersedia dengan syarat Sumedang menyerahkan wilayah sebelah barat Sungai Cilutung (sekarang Majalengka) untuk menjadi wilayah Cirebon. Karena peperangan itu pula ibukota dipindahkan ke Gunung Rengganis, yang sekarang disebut Dayeuh Luhur.
Prabu Geusan Ulun memiliki tiga orang istri: yang pertama Nyi Mas Cukang Gedeng Waru, putri Sunan Pada; yang kedua Ratu Harisbaya dari Cirebon, dan yang ketiga Nyi Mas Pasarean. Dari ketiga istrinya tersebut ia memiliki lima belas orang anak:
1.Pangeran Rangga Gede, yang merupakan cikal bakal bupati Sumedang
2.Raden Aria Wiraraja, di Lemahbeureum, Darmawangi
3.Kiyai Kadu Rangga Gede
4.Kiyai Rangga Patra Kalasa, di Cundukkayu
5.Raden Aria Rangga Pati, di Haurkuning
6.Raden Ngabehi Watang
7.Nyi Mas Demang Cipaku
8.Raden Ngabehi Martayuda, di Ciawi
9.Rd. Rangga Wiratama, di Cibeureum
10.Rd. Rangga Nitinagara, di Pagaden dan Pamanukan
11.Nyi Mas Rangga Pamade
12.Nyi Mas Dipati Ukur, di Bandung
13.Rd. Suridiwangsa, putra Ratu Harisbaya dari Panemabahan Ratu
14.Pangeran Tumenggung Tegalkalong
15.Kiyai Demang Cipaku, di Dayeuh Luhur.

Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, karena selanjutnya menjadi bagian Mataram dan pangkat raja turun menjadi adipati (bupati).
Pemerintahan di bawah Mataram
Dipati Rangga Gempol
Pada saat Rangga Gempol memegang kepemimpinan, pada tahun 1620 M Sumedang Larang dijadikannya wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung, dan statusnya sebagai ‘kerajaan’ dirubahnya menjadi ‘kabupatian wedana’. Hal ini dilakukannya sebagai upaya menjadikan wilayah Sumedang sebagai wilayah pertahanan Mataram dari serangan Kerajaan Banten dan Belanda, yang sedang mengalami konflik dengan Mataram. Sultan Agung kemudian memberikan perintah kepada Rangga Gempol beserta pasukannya untuk memimpin penyerangan ke Sampang, Madura. Sedangkan pemerintahan untuk sementara diserahkan kepada adiknya, Dipati Rangga Gede.

Dipati Rangga Gede
Ketika setengah kekuatan militer kadipaten Sumedang Larang diperintahkan pergi ke Madura atas titah Sultan Agung, datanglah dari pasukan Kerajaan Banten untuk menyerbu. Karena Rangga Gede tidak mampu menahan serangan pasukan Banten, ia akhirnya melarikan diri. Kekalahan ini membuat marah Sultan Agung sehingga ia menahan Dipati Rangga Gede, dan pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada Dipati Ukur.

Dipati Ukur
Sekali lagi, Dipati Ukur diperintahkan oleh Sultan Agung untuk bersama-sama pasukan Mataram untuk menyerang dan merebut pertahanan Belanda di Batavia (Jakarta) yang pada akhirnya menemui kegagalan. Kekalahan pasukan Dipati Ukur ini tidak dilaporkan segera kepada Sultan Agung, diberitakan bahwa ia kabur dari pertanggung jawabannya dan akhirnya tertangkap dari persembunyiannya atas informasi mata-mata Sultan Agung yang berkuasa di wilayah Priangan.
Pembagian wilayah kerajaan
Setelah habis masa hukumannya, Dipati Rangga Gede diberikan kekuasaan kembali untuk memerintah di Sumedang. Sedangkan wilayah Priangan di luar Sumedang dan Galuh (Ciamis), oleh Mataram dibagi menjadi tiga bagian[2]:
1. Kabupaten Sukapura, dipimpin oleh Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, gelar Tumenggung Wiradegdaha/R. Wirawangsa,
2. Kabupaten Bandung, dipimpin oleh Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, gelar Tumenggung Wirangun-angun,
Kabupaten Parakanmuncang, dipimpin oleh Ki Somahita Umbul Sindangkasih, gelar Tumenggung Tanubaya.
Kesemua wilayah tersebut berada dibawah pengawasan Rangga Gede (atau Rangga Gempol II), yang sekaligus ditunjuk Mataram sebagai Wadana Bupati (kepala para bupati) Priangan.

Peninggalan budaya
Hingga kini, Sumedang masih berstatus kabupaten, sebagai sisa peninggalan konflik politik yang banyak diintervensi oleh Kerajaan Mataram pada masa itu. Adapun artefak sejarah berupa pusaka perang, atribut kerajaan, perlengkapan raja-raja dan naskah kuno peninggalan Kerajaan Sumedang Larang masih dapat dilihat secara umum di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang letaknya tepat di selatan alun-alun kota Sumedang, bersatu dengan Gedung Srimanganti dan bangunan pemerintah daerah setempat.